KEPERGIAN SHEILA
Pagi masih terlihat sejuk, burung-burungpun terus bernyanyi dengan
riangnya diranting-ranting pohon depan kamarku. Entah mengapa hari ini aku
merasa bersemangat sekali. Mungkin karena aku akan bertemu dengan Rendy
sepulang sekolah nanti. Setelah beberapa bulan ini aku tidak bertemu dengannya
jangankan melihat wajahnya mendengar suaranya saja aku tidak pernah. Mungkin
karena Rendy terlalu sibuk dengan urusannya.
Sesampainya di sekolah, Dara dan Shaqila sudah menunggu ku di kelas.
“Hai Sy, gimana nanti. Pasti kamu gak sabar yah?” Tanya Shaqila
sedikit ingin tahu.
“Iya nich Sis,aku jadi pingin buru-buru pulang aja.” Jawab Sheila.
“Ya ampun Sheila kitakan baru masuk belum mulai pelajaran lagi.”
Sindir Dara dengan menggeleng-geleng kepalanya sambil menepuk bahuku.
Akhirnya bel pulang berbunyi tanda pelajaran kami sudah selesai.
Dengan bergegas aku langsung pamit pulang duluan. Aku menunggu di kantin
sekolah, aku lihat jam ternyata masih jam setengah satu. Rendy janji
menjemputku jam satu nanti disini. Sambil menunggu waktu itu aku memesan segelas
es degan. Tak lama kemudian Rendy datang
juga meski terlambat 15 menit. Aku lihat wajahnya murung dan sorot
matanya menggambarkan kesedihan yang mendalam.
“Hai Sheila apa kabar “Tanya
Rendy. “Baik-baik saja Rendy.” Jawab Sheila.
Aku tak banyak berkata-kata aku hanya ingin tahu saja mengapa
wajahnya murung.
“Rendy, mengapa kamu kelihatan murung. Kamu punya masalah?” Tanyaku
padanya.Aku semakin mengkhawatirkan orang yang jadi pacarku empat tahun ini sejak
aku duduk di bangku SMP kelas 3.Aku tahu betul Rendy pasti sedang punya
masalah.
Sebelum Rendy menjawab dia sudah mengajakku pergi meninggalkan kantin.
Tiba-tiba Rendy berkata, “Kamu ingin tahu kenapa aku selama satu bulan ini
tidak menghubungimu atau bahkan menemuimu?”
“Aku tahu kamu harus keluar kota
untuk bekerja, mungkin kamu sibuk makanya kamu tidak menelponku.” Jawab Sheila.
“Hanya itu yang kamu tahu? Bukan karena itu Sheila masih banyak yang
kamu belum tahu tentang aku Sy. Mungkin kamu terlalu baik untuk aku , kamu
selalu berusaha untuk berada dekat dengan aku saat aku merasa kehilangan
semangat, saat aku merasa benar-benar tak berarti untuk jadi orang yang kau
cinta.” Kata Rendy.
“Jangan katakan kalau kamu tidak mencintai aku lagi Rendy!! Aku tidak
ingin mendengarnya.” Jawab Sheila.
“Bukan Sheila.”
“Lalu apa maksud kamu bilang seperti itu?” Tanya Sheila.
“Tidak mungkin aku tidak mencintaimu Sy. Kamu sudah terlalu memenuhi
seluruh pikiranku. Selama ini banyak cerita yang kulalui bersamamu, tak pernah
sedikitpun kamu menyakiti perasaanku, kamu selalu membuat aku tersenyum bahkan
tertawa disaat kesedihan melanda.”Jawab Rendy.
Rendy mengajakku untuk menumpangi perahu berdua dengan makanan dan
minuman yang tertata rapi dimejanya ada dua lilin dan satu tangkai bunga mawar
dan secarik kertas berwarna biru tertuliskan namaku “SHEILA PERMATA”.
“Mungkin aku tak bisa membahagiakanmu tapi paling tidak izinkan aku
memberikan yang terlebih pada diriku untukmu. Maafkan aku atas kata-kata yang
tak terwujud, maafkan aku atas kebisuanku selama ini.
Dariku
yang Takut Kehilanganmu.
Rendy
Satriya.”
Aku seakan-akan telah terlelap dalam mimpi indahku.
“Mimpikah aku?”
“Tidak Sheila kamu tidak bermimpi kamu sedang bersama aku sekarang.”
Jawab Rendy.
Hari sudah mulai sore aku mengajak Rendy pulang karena aku takut
dimarahi mamaku. Karena aku tadi tidak bilang kalau akan pulang sore. Aku takut
mamaku mengkhawatirkan aku.
“Rendy, hari sudah sore ayo pulang aku takut mama marah sama aku.”
Ajakku.
“Tenang saja Sy tadi aku sudah izin mama untuk ngajak kamu dan
pulang larut.” Jawab Rendy.
“Terlalu banyak yang sudah kamu perbuat untukku Ren tapi
sesungguhnya aku mengenalmu. Aku tahu sebelum kamu mengatakannya padaku, yang
aku butuh bukan kata-kata manis atau puisi bahkan setumpuk bunga mawar.Karena
yang aku butuh hanya kamu dan bersamamu dalam setiap detik yang aku punya. Ada kamu yang menjagaku,
ada kamu yang memberi aku semangat.” Kata Sheila.
Enam bulan berlalu akhirnya aku diterima di salah satu Universitas
tempat Rendy kuliah dulu. Belum lagi Shaqila dan Dara juga diterima ditempat
yang sama. Ini hari pertamaku mengikuti OSPEK. Dan Rendy yang mengantarku ke
kampus. Saat aku mengikuti OSPEK semuanya masih berjalan lancar. Aku merasa
seluruh badanku remuk kepalaku pusing dan tak tau apa yang terjadi lagi setelah
mataku terpejam dan terjatuh. Sadar-sadar aku sudah berada di ruang perawatan
kampus.
“Sy, kenapa kamu, kamu belum makan
“ Tanya Dara dan Shaqila mengkhawatirkan aku.
“Loh kok kalian boleh masuk kesini?” Tanya Sheila.
“Ia sekarang kita sudah diizinkan pulang oleh kakak senior.” Jawab
Dara.
Satu minggu berlalu entah kenapa akhir-akhir ini badanku terasa
pegal-pegal belum lagi rasa nyeri ditulangku. Dulu aku juga pernah seperti ini
dan sudah diperiksakan kedokter. Aku hanya tidak boleh terlalu lelah saja.
Setelah minum obat hilang semua. Tetapi sekarang kok tambah parah yah, sudah
dua hari aku tidak masuk kuliah, tentu saja semua jadi khawatir akan keadaanku.
Tiap pulang kuliah Dara dan Shaqila selalu menemaniku di rumah belum lagi
perhatian Rendy yang membuat aku merasa jadi ratu.
Satu minggu berjalan lancar badanku terasa lebih enak, tulangku pun
menjadi lebih bersahabat sehingga aku beranikan diri untuk meminta Rendy untuk
jalan-jalan menghirup udara segar. Akhirnya Rendy menyetujuinya.dengan
persetujuan mama tentunya. Rendy mengajak Dara dan Shaqila juga pasti seru deh.
Rendy menjemputku. Setelah berpamitan kita melaju ke tempat Dara dan Shaqila
lalu pergi berempat kesalah satu tempat karoke di Jakarta karena aku yang memintanya. Entah
mengapa aku ingin sekali bernyanyi bersama mereka. Penuh canda tawa semuanya
riang aku merasa tidak seperti orang sakit.
Rendy selalu tersenyum dan bernyanyi sambil melihat ke arahku
sehingga membuat Dara dan Shaqila iri.
“Aduh…… yang berduaan serasa dunia milik berdua.” Sahut Dara agak
sedikit mencibir sambil tertawa memandang Siska.
“Dara aku sayang deh jangan pergi dariku!!!” Sahut Shaqila meledekku
dan Rendy.
Tiga jam berlalu dan kami menghabiskannya disini. Penuh canda tawa
dan kenangan yang indah bersama mereka. Hari ini hari minggu sudah pasti semua
libur, kali ini aku meminta Rendy untuk pergi ketempat wisata di Jakarta. Kali ini Dara dan
Siska juga ikut. Aku membawa bekal secukupnya dan kamera untuk mengabadikan
suasana disana nanti. Entah kenapa aku tidak ingin melewati hari-hariku sendiri
dan hanya sendiri. Kami pergi dan disana banyak kejadian yang menyenangkan.
Kami berfoto dan selalu bersama banyak sekali foto dan gaya-gaya kami. Keesokan
harinya aku ingin pergi ke sebuah villa bareng dengan mereka dan keluargaku.
Tetapi kata Rendy aku sudah terlalu lelah bagaimana kalau diundur minggu depan
dan kebetulan juga tepat hari ulang tahunku. Dengan terpaksa akupun
mengiyakannya.
Keesokan harinya Rendy rutin datang ke rumahku dan bicara dengan
kedua orang tuaku. Aku sempat mendengar percakapan mereka yah apa lagi kalau
bukan pesta ulang tahunku nanti.
“Bagaimana Nak kamu sudah mencari villa yang tepat buat acara
Sheila?” Tanya Mama Sheila.
“Sudah Tante. Tempatnya cocok sekali untuk acara ulang tahun Sheila.
Villa milik Paman saya yang ada di Bandung.
Bagaimana Om setuju atau tidak? Kalau Om
dan Tante tidak setuju dengan villa yang ada di Bandung,
saya akan mencarikan lagi villa dekat-dekat Jakarta.” Tanya Rendy kepada orang tuaku.
“Ya sudah tidak apa-apa villa di Bandung. Kebetulan Tante disana juga punya
saudara. Iya kan
Pah?” Tanya Mama kepada Papa.
“Iya tidak apa-apa yang penting Sheila suka tempatnya dan gembira.”
Jawab Papa.
“ Jadi villa sudah ada dan siap untuk dipakai. Nanti saya akan
menelpon Paman saya untuk membersihkan villanya” Kata Rendy.
Mama sibuk menelepon saudara-saudara untuk memberitahukan jika ada
acara ulang tahunku. Dan agar mereka mau datang ke pesta ulang tahunku. Sedangkan papa dan
Rendy sibuk menyiapkan persiapan-persiapan yang sangat dibutuhkan nanti. Rendy
bolak-balik ke Bandung
untuk memeriksa villa milik pamannya apakah sudah siap. Karena Rendy ingin
pestaku nanti bisa meriah dan semuanya gembira dan bahagia terutama aku..
“Sayang, aku ke Bandung
dulu ya, aku mau memeriksa apakah villa buat pestamu sudah siap. Aku janji
nanti sore aku sudah disini lagi. Aku hanya sebentar.” Pamit Rendy padaku.
“Iya, hati-hati ya. Nanti sore janji disini lagi ya!!” Kata Sheila.
“Iya Sheila.”
Tak lama kemudian Rendy berangkat bersama temannya namanya Tio. Jam
dinding menunjukkan pukul 17.00 WIB tetapi Rendy belum juga kembali. Rasa
khawatirku mulai nampak. Dia tak segan-segan menelpon Rendy karena dia takut
terjadi sesuatu kepada orang yang dia sayang.
“Rendy, sudah jam segini kamu kok belum kembali? Ada apa?
Aku khawatir sekali sama kamu. Cepat pulang ya Ren!!” Kata Sheila
menunjukkan kalau dia sangat khawatir.
“Iya Sheila. Aku tidak apa-apa kok kamu tenang saja. Ini juga sudah
dijalan mau ke Jakarta.
Tapi jalannya macet makanya pulangku nanti agak telat gak apa-apa kan?” Jawab Rendy.
“Iya sudah gak apa-apa yang penting kamu baik-baik saja. Hati-hati
ya.” Kata Sheila mulai tenang.
Selang beberapa jam Rendy sampai di rumahku. Dia langsung
bercakap-cakap dengan kedua orang tuaku.
“Om, Tante villa di Bandung
sudah siap. Kita tinggal memakainya saja." Kata Rendy.
“Iya Ren. Terimakasih ya kamu sudah mau boak balik Jakarta-Bandung
hanya untuk memeriksa villa yang akan digunakan acara Sheila.” Kata papa.
“Oh iya Om gak apa-apa itu juga
buat Sheila. Karena saya sangat mencintainya Om Tante. Sheila sudah tidur ya
Tan?” Tanya Rendy.
“Iya tadi dia sudah tidur katanya sudah lelah nunggu kamu pulang.”
Jawab Mama.
“ O… Ya sudah tante. saya pamit pulang dulu. Salam buat Sheila
tante.” Pinta Rendy sembari meninggalkan tempat duduknya.
“Iya besok pagi Tante sampein ke Sheila.”
Keesokan harinya Dara dan Shaqila datang ke rumah mereka memberikan
data teman-teman yang akan diundang. Tidak tahu kenapa aku jadi semakin sedih
ternyata banyak sekali orang-orang yang sayang kepadaku. Aku beruntung sekali
mereka ada disisiku. Akh…. tubuhku menggigil dan kurasakan dingin aku juga
merasakan sakit yang luar biasa ditulangku. Tapi aku tidak mau mereka tahu
karena aku tak mau mereka mengkhawatirkan aku. Aku sengaja menyembunyikan
sakitku. Oh.. Alangkah berkaca-kaca mataku. Kenapa aku? Ada apa denganku.....??Tiba-tiba saja Dara
dan Shaqila masuk kamarku tanpa mengetuk pintu.
“Hai Sheila.,, Ciieee yang mau ulang tahun ngaca mulu nih”. Sahut
situkang celetuk Dara.
“Kita ke salon yuuk aku ingin memotong rambutku!” Ajak Sheqila.
“Aku juga mau creambath nich Sheila. Kamu sekalian mempercantik diri
buat ulang tahunmu nanti.”
Sepulangnya dari salon memang sich badanku agak rilek. Besok sudah
acaranya semua jadi semakin sibuk. Malam ini aku tidur tidak nyenyak serasa
ingin sekali tidur bersama orang tuaku. Untung saja Rendy datang ke rumah
sambil membawa kue kecil bertuliskan Happy Birthday untukku tepat jam 12 malam.
“Selamat ulang tahun ya Sayang. Semoga lekas lepas dari sakitmu. Apa
yang kamu inginkan akan terwujud.” Kata Rendy sambil mengecup keningku.
“Aku gak nyangka kamu akan datang aku kira hanya lewat telepon.
Makasih ya Rendy.” Kata Sheila.
“Keesokan paginya baru kamu datang aku ingin ngasih kamu sesuatu
yang berbeda apa lagi untuk calon istriku.” Kata Rendy sambil menunjukkan
cincin yang Rendy bawa untukku.
“Maukah kamu bertunangan denganku Sheilaku “ Tanya Rendy.
Hanya airmata yang kusematkan dipipiku aku. Aku tak mampu berkata
apa-apa.
“Jelas Rendy aku mau.” Kataku Sambil memeluknya.
Rendypun memakaikan cincin dijari manisku. Sesampainya di Villa aku
merasa lega entah kenapa aku merasa semua bebanku terlepas hilang tertiup
angin.
“Acara sudah mau mulai sayang, semua sudah berkumpul didalam.” Kata
Rendy yang tiba-tiba muncul diiringi sebuah kecupan dipipiku dan memelukku.
“Rendy, kamu janji yah apaun yang terjadi nanti dengan aku, kamu
tidak boleh menangis.” Pinta Sheila.
“Iya aku janji. Kamu kenapa sich bicara seperti itu Kok ngomongnya kayak mau pergi aja Dah yuuk kita masuk.”
Setelah beberapa jam, akhirnya selesai juga. Aku sungguh lelah
sekali tapi aku sangat senang. Yang lain sedang asyik bermain disini hanya ada
aku, Rendy, Dara dan Siska. Kami bicara panjang lebar. Kali ini aku yang banyak
bicara.
“Aku Cuma mau ngucapin terimakasih sama kalian semua karena kalian
sudah jadi yang terbaik, jadi pacar yang setia, jadi teman bahkan saudara.
Terimakasih karena sudah membantuku mewujudkan mimpi terakhirku.” Kataku.
Mereka menangis sambil memelukku. Tiba-tiba saja aku tak ingat
apa-apa. Yang aku hanya malaikat sudah menjemputku.
“SHEILA!” Semua berteriak,
Semua menangis meratapi kepergian Sheila. Raut wajah kesedihan
tampak jelas terlihst diwajah orang-orang yang aku sayangi. Sebelum aku
benar-benar telah pergi izinkan aku TUHAN untuk memeluk orang-orang yang aku
sayang. Sampai akhirnya akun benar-benar telah pergi ke dunia lain.
Satu tahun kemudian setelah kepergian Sheila, Rendy datang ke makam
Sheila dengan membawa kotak kecil yang diikat rapi dengan pita.
“Aku datang dengan membawa hadiah untukmu. Ini foto-foto terakhir kebersamaan
kita sebelum kepergianmu satu tahun yang lalu. Aku belum sempat memberi tahumu.
Fotonya lucu-lucu apalagi kamu kelihatan sehat. Sampai-sampai aku tak menyangka
jika kamu akan meninggalkanku sendirian. Aku gak menyangka kalau kamu terkena
kanker tulang. Aku tiba-tiba menghilang selama satu bulan karena aku tidak bsa
terima orang yang aku sayangi menderita penyakit separah ini. Aku tau dari mama
dan juga dokter yang memeriksa kamu. Maafkan aku jika aku menyianyiakan kamu
waktu itu. Makanya aku ingin tebus semua kesalahanku dan aku akan membuatmu
bahagia sampai akhirnya kamu telah pergi untuk selamanya. Jika ada hal yang
terindah dalam hidupku aku yakin hanya kamu yang terindah, jika aku boleh
memutar waktuku lagi aku yakin hanya kamu yang aku pinta kembali. Tenanglah
disana dimana kamu tidak akan pernah merasa sakit lagi. Aku akan menjaga
kenangan kita.” Kata Rendy.